Tidur Cepat

Tidur cepat merupakan kebiasaan tidur tepat waktu di malam hari pada waktunya sesuai usia anak agar dapat bangun pagi. Kebiasaan tidur cepat ini dipengaruhi waktu ideal yang dibutuhkan anak. Jika merujuk pada National Sleep Foundation yang dikutip halodoc.com 1, waktu tidur yang ideal berdasarkan kelompok usia adalah sebagai berikut.

1/24/202512 min read

Kebiasaan ini penting dilakukan untuk menjaga organ tubuh pulih dan berfungsi optimal, memulihkan mental dan emosional, menjaga keseimbangan antara aktivitas dan ketenangan, sehingga memotivasi untuk berkarya lebih produktif.

Tidur Cepat: Pentingnya Tidur Tepat Waktu Sesuai Kebutuhan Usia

Tidur cepat adalah kebiasaan tidur tepat waktu pada malam hari yang disesuaikan dengan kebutuhan usia individu, terutama anak-anak, untuk mendukung kesehatan fisik dan mental. Kebiasaan ini bertujuan agar seseorang dapat bangun pagi dengan tubuh yang segar dan siap menjalani aktivitas sehari-hari.

Kebutuhan tidur setiap individu berbeda-beda, tergantung pada usia. Berdasarkan rekomendasi National Sleep Foundation yang dikutip oleh Halodoc, waktu tidur ideal setiap hari untuk berbagai kelompok usia adalah sebagai berikut:

No Kelompok Usia Usia Waktu Tidur Ideal (per hari)

1 Bayi baru lahir 0-3 bulan 14-17 jam

2 Bayi 4-11 bulan 12-15 jam

3 Balita 1-2 tahun 11-14 jam

4 Anak-anak prasekolah 3-5 tahun 10-13 jam

5 Anak usia sekolah 6-13 tahun 9-11 jam

6 Remaja 14-17 tahun 8-10 jam

7 Dewasa muda 18-25 tahun 7-9 jam

Pentingnya Tidur Cepat

Tidur cepat memberikan sejumlah manfaat penting, antara lain:

1. Pemulihan Fisik dan Fungsi Organ: Saat tidur, tubuh memiliki waktu untuk memperbaiki jaringan, memperbaharui energi, dan memulihkan fungsi organ agar optimal.

2. Pemulihan Mental dan Emosional: Tidur berkualitas membantu menjaga keseimbangan emosi, mengurangi stres, dan meningkatkan suasana hati.

3. Meningkatkan Konsentrasi dan Produktivitas: Tidur yang cukup memengaruhi kemampuan otak untuk belajar, mengingat, dan berpikir kreatif.

4. Menjaga Keseimbangan Aktivitas dan Istirahat: Tidur yang cukup memberikan waktu istirahat yang dibutuhkan tubuh untuk kembali aktif secara maksimal keesokan harinya.

Kebiasaan tidur tepat waktu tidak hanya baik untuk anak-anak tetapi juga penting bagi orang dewasa. Pola tidur yang sehat akan menciptakan individu yang lebih produktif dan sehat secara keseluruhan.

Kembangkan teks ini dengan minimal 500 kata sertakan pula sitasi APA Style tentang:

Menjaga Organ Tubuh Pulih dan Berfungsi Optimal

Tidur cepat didasarkan pada prinsip penghormatan terhadap tubuh sebagai anugerah yang harus dijaga dengan memberi waktu bagi otot, pikiran, dan organ tubuh untuk pulih dan berfungsi secara optimal. Kita mengakui keterbatasan tubuh dan menghindari eksploitasi diri secara berlebihan.

Tidur Cepat: Menjaga Organ Tubuh Pulih dan Berfungsi Optimal

Tidur cepat bukan sekadar rutinitas, tetapi sebuah cara menghormati tubuh sebagai anugerah yang harus dijaga. Tubuh manusia memiliki keterbatasan dan membutuhkan waktu untuk beristirahat agar setiap bagian tubuh, mulai dari otot hingga organ vital, dapat pulih dan bekerja secara optimal. Memberikan waktu tidur yang cukup adalah bentuk penghargaan terhadap tubuh dan upaya menghindari eksploitasi diri secara berlebihan.

Pentingnya Tidur dalam Pemulihan Tubuh

Proses pemulihan tubuh secara alami terjadi saat tidur. Selama tidur, tubuh masuk ke dalam fase yang membantu perbaikan dan pertumbuhan jaringan, pelepasan hormon-hormon penting, serta detoksifikasi organ-organ vital. Menurut Walker (2017), tidur memengaruhi berbagai sistem tubuh, termasuk sistem kekebalan, kardiovaskular, saraf, dan endokrin. Sistem ini bekerja sama untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat aktivitas sehari-hari, stres, dan paparan lingkungan.

1. Pemulihan Otot dan Jaringan Tubuh

Saat tidur, tubuh mengalami peningkatan pelepasan hormon pertumbuhan, terutama selama fase tidur dalam atau deep sleep. Hormon ini sangat penting untuk pemulihan jaringan otot yang rusak akibat aktivitas fisik dan mendukung pertumbuhan jaringan baru. Dalam penelitian yang dipublikasikan oleh Krueger et al. (2016), hormon pertumbuhan yang dilepaskan selama tidur membantu mempercepat penyembuhan luka, regenerasi sel, dan memperbaiki jaringan yang rusak.

2. Pemulihan Fungsi Otak

Tidur tidak hanya penting bagi tubuh tetapi juga bagi otak. Selama tidur, otak melakukan proses "pembersihan" melalui sistem glikemik, yang menghilangkan produk limbah metabolik seperti beta-amiloid yang berpotensi menyebabkan gangguan neurologis seperti Alzheimer (Xie et al., 2013). Selain itu, tidur juga meningkatkan kemampuan kognitif, konsolidasi memori, dan pengambilan keputusan yang lebih baik.

3. Detoksifikasi Organ Vital

Organ seperti hati dan ginjal bekerja secara aktif saat tidur untuk mendetoksifikasi tubuh. Tidur yang cukup memastikan proses ini berjalan dengan baik. Penelitian oleh Wu et al. (2018) menunjukkan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada organ vital, meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.

Bahaya Eksploitasi Tubuh Akibat Kurang Tidur

Kurangnya waktu tidur dapat menyebabkan kelelahan kronis dan berbagai gangguan kesehatan. Kurang tidur berdampak langsung pada penurunan fungsi imun, peningkatan peradangan, dan risiko gangguan metabolisme. Menurut penelitian oleh Buxton dan Marcelli (2010), individu yang secara konsisten tidur kurang dari enam jam per malam memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit kronis dibandingkan mereka yang tidur sesuai kebutuhan usia.

Eksploitasi tubuh yang berlebihan, seperti bekerja terlalu lama tanpa istirahat yang cukup, dapat mengakibatkan burnout, depresi, dan menurunnya kualitas hidup. Dengan tidur yang cukup, tubuh dapat mempertahankan keseimbangan antara energi yang dikeluarkan dan energi yang dipulihkan, sehingga produktivitas tetap terjaga tanpa mengorbankan kesehatan.

Tidur Sebagai Investasi Kesehatan

Tidur cepat adalah bentuk investasi kesehatan jangka panjang. Dengan tidur tepat waktu dan cukup, seseorang memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memulihkan dirinya secara maksimal. Seperti yang disampaikan oleh Walker (2017), tidur adalah "pilar ketiga" kesehatan, setara pentingnya dengan nutrisi yang baik dan olahraga teratur.

Melakukan kebiasaan tidur cepat juga berarti menghormati ritme sirkadian tubuh, yaitu jam biologis alami yang mengatur siklus tidur-bangun. Ritme ini dipengaruhi oleh paparan cahaya, sehingga tidur tepat waktu di malam hari sangat membantu menjaga keseimbangan hormon seperti melatonin, yang berperan dalam kualitas tidur dan kesehatan secara keseluruhan (Czeisler, 2015).

Tidur cepat merupakan kebiasaan yang mendukung pemulihan organ tubuh dan menjaga fungsinya tetap optimal. Dengan memahami pentingnya tidur sebagai kebutuhan dasar manusia, kita dapat menghindari eksploitasi tubuh yang berlebihan dan menjaga kesehatan secara menyeluruh. Menjadikan tidur cepat sebagai bagian dari gaya hidup adalah bentuk penghormatan terhadap tubuh dan investasi untuk masa depan yang lebih sehat dan produktif.

Memulihkan Mental dan Emosional

Selain untuk tubuh, tidur cepat adalah cara untuk memulihkan kesehatan mental dan emosional. Tidur cepat sebagai sarana untuk mengurangi stres, menenang kan pikiran, dan menjaga kesehatan jiwa. Ini memungkinkan kita menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik dan menjaga keseimbangan emosi.

Memulihkan Mental dan Emosional Melalui Tidur Cepat

Tidur cepat bukan hanya tentang memberikan waktu bagi tubuh untuk beristirahat, tetapi juga menjadi salah satu cara paling efektif untuk memulihkan kesehatan mental dan emosional. Di tengah tekanan hidup modern yang serba cepat, tidur yang berkualitas berperan penting dalam mengurangi stres, menenangkan pikiran, dan menjaga keseimbangan emosional. Kebiasaan tidur cepat memberikan kesempatan bagi otak untuk menjalani proses pemulihan yang esensial, sehingga kita dapat menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik dan lebih tenang.

Pentingnya Tidur untuk Kesehatan Mental

Tidur berkualitas memainkan peran mendasar dalam mendukung kesehatan mental. Selama tidur, otak melakukan berbagai fungsi penting, seperti mengatur emosi, memperkuat ingatan, dan memproses pengalaman emosional. Menurut Walker (2017), tidur berfungsi sebagai "terapi malam hari" yang memungkinkan otak untuk memproses stres dan trauma emosional. Tanpa tidur yang cukup, kemampuan otak untuk mengelola emosi dan respons terhadap stres dapat terganggu.

1. Mengurangi Stres

Tidur yang cukup membantu tubuh mengatur kadar hormon stres, seperti kortisol. Kortisol biasanya meningkat ketika seseorang kurang tidur, yang dapat menyebabkan peningkatan perasaan cemas dan tekanan psikologis. Penelitian oleh Meerlo, Sgoifo, dan Suchecki (2008) menunjukkan bahwa kurang tidur secara kronis dapat mengaktifkan sistem saraf simpatik, meningkatkan respons stres, dan memperburuk kondisi kesehatan mental. Sebaliknya, tidur cepat dan berkualitas membantu menekan respons stres, memberikan rasa tenang, dan memulihkan energi mental.

2. Menjaga Keseimbangan Emosi

Tidur berperan penting dalam menjaga stabilitas emosional. Selama tidur, otak memproses informasi emosional yang diperoleh sepanjang hari. Proses ini terjadi terutama dalam fase Rapid Eye Movement (REM) sleep, yang berkaitan erat dengan pengaturan emosi dan kreativitas. Menurut Goldstein dan Walker (2014), kurang tidur dapat meningkatkan reaktivitas emosional negatif, seperti kemarahan, frustrasi, dan rasa putus asa, sekaligus menurunkan kemampuan untuk menghadapi situasi sulit secara rasional.

3. Meningkatkan Kemampuan Mengatasi Tantangan Hidup

Tidur cepat memberikan fondasi yang kuat untuk menghadapi tekanan hidup sehari-hari. Orang yang cukup tidur cenderung memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik, tingkat kesabaran yang lebih tinggi, dan kemampuan untuk menghadapi konflik dengan cara yang lebih sehat. Sebaliknya, kurang tidur dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang impulsif dan gangguan kognitif lainnya yang berkontribusi pada stres tambahan (Pilcher & Huffcutt, 1996).

Dampak Kurang Tidur pada Kesehatan Mental

Kurang tidur tidak hanya memengaruhi tubuh, tetapi juga dapat memperburuk kondisi kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mengalami gangguan tidur kronis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan suasana hati lainnya (Baglioni et al., 2011). Bahkan, insomnia sering kali menjadi salah satu gejala awal gangguan psikologis yang lebih serius, seperti depresi berat dan gangguan bipolar.

Kurang tidur juga dapat memperburuk gejala gangguan mental yang sudah ada. Sebagai contoh, orang dengan gangguan kecemasan sering kali melaporkan kesulitan tidur, sementara insomnia dapat memperkuat gejala kecemasan, menciptakan siklus yang sulit diputus. Tidur cepat dan berkualitas dapat memutus siklus ini dengan memberikan waktu pemulihan yang cukup bagi otak dan tubuh.

Tidur Sebagai Cara Menjaga Kesehatan Jiwa

Tidur cepat adalah salah satu cara paling sederhana dan efektif untuk menjaga kesehatan jiwa. Dengan tidur yang cukup, otak memiliki waktu untuk memproses emosi, mengurangi stres, dan memperbaiki gangguan yang terjadi akibat tekanan sehari-hari. Selain itu, tidur yang cukup juga membantu meningkatkan suasana hati, mengurangi risiko gangguan mental, dan memberikan energi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan kehidupan.

Tidur cepat juga memungkinkan kita untuk lebih menghargai kesehatan mental sebagai bagian integral dari kesejahteraan secara keseluruhan. Walker (2017) menekankan bahwa tidur adalah bagian tak terpisahkan dari pola hidup sehat, sama pentingnya dengan olahraga dan pola makan seimbang.

Tidur cepat adalah kebiasaan penting yang mendukung kesehatan mental dan emosional. Dengan tidur yang cukup, kita memberikan waktu bagi otak untuk memproses emosi, mengatur stres, dan menjaga stabilitas mental. Kebiasaan ini memungkinkan kita menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik, meningkatkan kualitas hidup, dan memelihara keseimbangan emosional.

Menjaga Keseimbangan antara Aktivitas dan Ketenangan

Dalam kehidupan yang sibuk, tubuh dan pikiran membutuhkan jeda untuk memulihkan diri. Tidur cepat memberi kita kesempatan untuk mencapai keseimbangan tersebut, menciptakan keharmonisan antara kerja keras dan ketenangan, sehingga kita tetap produktif tanpa mengorbankan kesehatan.

Menjaga Keseimbangan antara Aktivitas dan Ketenangan Melalui Tidur Cepat

Dalam dunia yang penuh dengan aktivitas dan tuntutan hidup yang semakin meningkat, menjaga keseimbangan antara aktivitas dan ketenangan menjadi tantangan bagi banyak orang. Kebiasaan tidur cepat menjadi salah satu cara efektif untuk mencapai keseimbangan tersebut. Tidur cepat memberikan jeda yang dibutuhkan oleh tubuh dan pikiran untuk pulih setelah seharian beraktivitas, menciptakan keharmonisan antara kerja keras dan istirahat. Dengan tidur yang cukup dan berkualitas, kita dapat tetap produktif tanpa mengorbankan kesehatan fisik maupun mental.

Pentingnya Keseimbangan Aktivitas dan Ketenangan

Keseimbangan antara aktivitas dan ketenangan adalah kunci untuk menjaga tubuh dan pikiran tetap sehat dan optimal. Aktivitas yang berlebihan tanpa istirahat yang memadai dapat menyebabkan kelelahan fisik, stres mental, dan gangguan emosional. Sebaliknya, terlalu banyak ketenangan tanpa aktivitas yang cukup dapat mengurangi produktivitas dan berdampak pada kesehatan fisik. Tidur, khususnya tidur cepat, memainkan peran penting dalam menciptakan keseimbangan tersebut.

Menurut penelitian oleh Dinges et al. (1997), tidur memberikan waktu bagi tubuh untuk memulihkan energi yang hilang selama aktivitas harian. Selain itu, tidur juga membantu otak untuk memproses informasi, memperbaiki jaringan tubuh, dan mengatur hormon yang berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh. Dengan kata lain, tidur bukan hanya kebutuhan dasar, tetapi juga investasi untuk keseimbangan hidup.

Dampak Tidur Cepat pada Produktivitas

1. Meningkatkan Efisiensi Kerja

Tidur cepat memberikan waktu yang cukup bagi otak untuk memproses informasi dan memulihkan diri. Penelitian oleh Lim dan Dinges (2010) menunjukkan bahwa tidur yang cukup meningkatkan fungsi kognitif seperti konsentrasi, memori, dan pengambilan keputusan. Hal ini berarti seseorang yang tidur tepat waktu cenderung lebih efisien dan produktif dalam bekerja.

2. Mengurangi Risiko Burnout

Burnout adalah kondisi kelelahan fisik dan mental akibat tekanan kerja yang berlebihan tanpa istirahat yang cukup. Kebiasaan tidur cepat membantu mencegah burnout dengan memberikan waktu bagi tubuh dan pikiran untuk pulih. Menurut Maslach dan Leiter (2016), tidur yang cukup adalah salah satu cara paling efektif untuk mengatasi burnout dan menjaga keseimbangan antara tuntutan pekerjaan dan kebutuhan pribadi.

3. Menjaga Motivasi dan Energi

Tidur yang cukup juga berperan dalam menjaga motivasi dan energi untuk beraktivitas. Saat kita tidur, tubuh memperbaharui energi fisik, sementara otak memperkuat ingatan dan emosi positif. Proses ini membantu kita merasa segar dan siap menghadapi tantangan baru setiap hari.

Manfaat Tidur Cepat untuk Kesehatan

Tidur cepat tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga mendukung kesehatan fisik dan mental. Penelitian oleh Mullington et al. (2009) menemukan bahwa tidur yang cukup membantu mengatur sistem kekebalan tubuh, mengurangi peradangan, dan menjaga kesehatan kardiovaskular. Selain itu, tidur yang berkualitas juga dikaitkan dengan risiko lebih rendah terhadap penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas.

Cara Mencapai Keseimbangan dengan Tidur Cepat

Untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas dan ketenangan, penting untuk menjadikan tidur cepat sebagai bagian dari rutinitas harian. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

1. Menetapkan Jadwal Tidur yang Konsisten

Memiliki jadwal tidur yang teratur membantu tubuh mengatur ritme sirkadian, yaitu jam biologis alami yang mengontrol siklus tidur dan bangun.

2. Mengurangi Paparan Layar Sebelum Tidur

Cahaya biru dari perangkat elektronik dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang membantu tidur. Mengurangi paparan layar sebelum tidur dapat meningkatkan kualitas tidur (Cajochen et al., 2011).

3. Menciptakan Lingkungan Tidur yang Nyaman

Ruangan yang gelap, sejuk, dan tenang dapat membantu tubuh dan pikiran lebih rileks, mempersiapkan diri untuk tidur yang berkualitas.

Tidur cepat adalah kebiasaan yang mendukung keseimbangan antara aktivitas dan ketenangan. Dengan tidur yang cukup, tubuh memiliki waktu untuk memulihkan energi, memperbaiki jaringan, dan mengatur emosi. Kebiasaan ini memungkinkan kita tetap produktif tanpa mengorbankan kesehatan fisik dan mental. Dalam dunia yang penuh tekanan, tidur cepat adalah salah satu cara terbaik untuk menciptakan harmoni dalam hidup dan menjaga kesejahteraan secara keseluruhan.

Meningkatkan Produktivitas

Tidur cepat memberikan ruang bagi otak untuk berpikir lebih jernih dan kreatif. Produktivitas tidak selalu diperoleh melalui kerja keras tanpa henti, melainkan melalui siklus kerja dan istirahat yang seimbang. Setelah istirahat yang cukup, seseorang biasanya menjadi lebih produktif, memiliki ide-ide segar, dan dapat menyelesaikan masalah dengan lebih baik.

Meningkatkan Produktivitas Melalui Tidur Cepat

Produktivitas yang optimal tidak selalu berasal dari kerja keras tanpa henti. Sebaliknya, keseimbangan antara kerja dan istirahat, termasuk tidur cepat, adalah kunci untuk berpikir lebih jernih, kreatif, dan efisien. Tidur cepat memberikan waktu bagi otak untuk memulihkan diri, memproses informasi, dan memperbaiki fungsi kognitif. Dengan demikian, individu yang cukup tidur cenderung lebih produktif, memiliki ide-ide segar, dan mampu menyelesaikan masalah secara efektif.

Hubungan Tidur dan Fungsi Otak

Tidur memiliki peran mendasar dalam meningkatkan kemampuan otak untuk berpikir dan bekerja secara efisien. Selama tidur, terutama pada fase slow-wave sleep (SWS) dan Rapid Eye Movement (REM) sleep, otak memproses pengalaman harian, mengkonsolidasikan ingatan, dan memperkuat koneksi saraf yang mendukung pembelajaran dan kreativitas (Walker, 2017). Kekurangan tidur dapat mengganggu proses ini, menyebabkan gangguan kognitif, kesulitan konsentrasi, dan penurunan kemampuan menyelesaikan masalah.

Penelitian oleh Killgore (2010) menunjukkan bahwa tidur yang cukup dapat meningkatkan fungsi eksekutif, seperti perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengaturan emosi. Sebaliknya, kurang tidur dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tersebut, mengurangi produktivitas, dan meningkatkan risiko kesalahan dalam pekerjaan.

Tidur Cepat dan Kreativitas

Kreativitas adalah elemen penting dalam produktivitas, terutama dalam pekerjaan yang membutuhkan inovasi dan pemikiran out-of-the-box. Tidur cepat memberikan kesempatan bagi otak untuk beristirahat dan memproses informasi secara mendalam, sehingga dapat menghasilkan ide-ide baru dan solusi kreatif. Selama fase REM sleep, otak menggabungkan berbagai potongan informasi yang tampaknya tidak terkait menjadi wawasan baru yang berguna dalam pemecahan masalah (Cai et al., 2009).

Sebuah studi oleh Wagner et al. (2004) menemukan bahwa peserta yang tidur setelah mengerjakan tugas memiliki peluang lebih besar untuk menemukan solusi kreatif dibandingkan dengan mereka yang tidak tidur. Ini menunjukkan bahwa tidur cepat tidak hanya memberikan energi tetapi juga mendukung kemampuan berpikir kreatif.

Siklus Kerja dan Istirahat yang Seimbang

Tidur cepat membantu menciptakan siklus kerja dan istirahat yang seimbang, yang merupakan dasar dari produktivitas yang berkelanjutan. Bekerja terus-menerus tanpa istirahat dapat menyebabkan kelelahan, stres, dan penurunan efisiensi. Sebaliknya, istirahat yang cukup, terutama melalui tidur, memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk memulihkan diri, sehingga seseorang dapat kembali bekerja dengan energi baru.

Penelitian oleh Barnes et al. (2012) menunjukkan bahwa tidur yang cukup meningkatkan kemampuan untuk menjaga fokus, mengurangi gangguan, dan meningkatkan motivasi kerja. Selain itu, tidur juga berkontribusi pada pengaturan emosi, yang membantu individu tetap tenang dan rasional saat menghadapi tekanan atau konflik di tempat kerja.

Manfaat Tidur Cepat untuk Penyelesaian Masalah

Tidur cepat juga berperan penting dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah. Ketika kita tidur, otak memproses dan mengorganisasi informasi yang telah diterima sepanjang hari, menciptakan pola yang dapat digunakan untuk memahami dan menyelesaikan masalah yang kompleks. Penelitian oleh Stickgold dan Walker (2013) menunjukkan bahwa tidur membantu mempercepat pemahaman dan pengambilan keputusan, yang sangat penting dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

Tidur cepat adalah elemen penting dalam meningkatkan produktivitas. Dengan memberikan waktu bagi otak untuk beristirahat dan memulihkan diri, tidur membantu meningkatkan konsentrasi, kreativitas, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Kebiasaan ini juga mendukung keseimbangan antara kerja dan istirahat, yang merupakan dasar dari produktivitas jangka panjang. Oleh karena itu, tidur cepat bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan untuk mencapai hasil kerja yang optimal dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Referensi

• Buxton, O. M., & Marcelli, E. (2010). Short and long sleep are positively associated with obesity, diabetes, hypertension, and cardiovascular disease risk among adults in the United States. Social Science & Medicine, 71(5), 1027–1036.

• Czeisler, C. A. (2015). Perspective: Casting light on sleep deficiency. Nature, 497(7450), S13–S13.

• Krueger, J. M., Frank, M. G., Wisor, J. P., & Roy, S. (2016). Sleep function: Toward elucidating an enigma. Sleep Medicine Reviews, 28, 46–54.

• Walker, M. P. (2017). Why We Sleep: Unlocking the Power of Sleep and Dreams. Scribner.

• Wu, X., Fu, Y., He, X., & Zhang, C. (2018). Sleep deprivation and oxidative stress in the brain: A review. Neurochemistry International, 120, 95–106.

• Xie, L., Kang, H., Xu, Q., Chen, M. J., Liao, Y., Thiyagarajan, M., ... & Nedergaard, M. (2013). Sleep drives metabolite clearance from the adult brain. Science, 342(6156), 373–377.

• Baglioni, C., Battagliese, G., Feige, B., Spiegelhalder, K., Nissen, C., Voderholzer, U., ... & Riemann, D. (2011). Insomnia as a predictor of depression: A meta-analytic evaluation of longitudinal epidemiological studies. Journal of Affective Disorders, 135(1-3), 10-19.

• Goldstein, A. N., & Walker, M. P. (2014). The role of sleep in emotional brain function. Annual Review of Clinical Psychology, 10, 679–708.

• Meerlo, P., Sgoifo, A., & Suchecki, D. (2008). Restricted and disrupted sleep: Effects on autonomic function, neuroendocrine stress systems, and stress responsivity. Sleep Medicine Reviews, 12(3), 197–210.

• Pilcher, J. J., & Huffcutt, A. I. (1996). Effects of sleep deprivation on performance: A meta-analysis. Sleep, 19(4), 318–326.

• Walker, M. P. (2017). Why We Sleep: Unlocking the Power of Sleep and Dreams. Scribner.

• Cajochen, C., Münch, M., Kobialka, S., Kräuchi, K., Steiner, R., Oelhafen, P., ... & Wirz-Justice, A. (2011). Evening exposure to a light-emitting diodes (LED)-backlit computer screen affects circadian physiology and sleep in humans. Journal of Applied Physiology, 110(5), 1432–1438.

• Dinges, D. F., Pack, F., Williams, K., Gillen, K. A., Powell, J. W., Ott, G. E., ... & Pack, A. I. (1997). Cumulative sleepiness, mood disturbance, and psychomotor vigilance performance decrements during a week of sleep restricted to 4–5 hours per night. Sleep, 20(4), 267–277.

• Lim, J., & Dinges, D. F. (2010). A meta-analysis of the impact of short-term sleep deprivation on cognitive variables. Psychological Bulletin, 136(3), 375–389.

• Maslach, C., & Leiter, M. P. (2016). Understanding the burnout experience: Recent research and its implications for psychiatry. World Psychiatry, 15(2), 103–111.

• Mullington, J. M., Haack, M., Toth, M., Serrador, J. M., & Meier-Ewert, H. K. (2009). Cardiovascular, inflammatory, and metabolic consequences of sleep deprivation. Progress in Cardiovascular Diseases, 51(4), 294–302.

• Barnes, C. M., Ghumman, S., & Scott, B. A. (2012). Sleep and organizational citizenship behavior: The mediating role of job satisfaction. Journal of Occupational Health Psychology, 17(2), 205–216.

• Cai, D. J., Mednick, S. A., Harrison, E. M., Kanady, J. C., & Mednick, S. C. (2009). REM, not incubation, improves creativity by priming associative networks. Proceedings of the National Academy of Sciences, 106(25), 10130–10134.

• Killgore, W. D. S. (2010). Effects of sleep deprivation on cognition. Progress in Brain Research, 185, 105–129.

• Stickgold, R., & Walker, M. P. (2013). Sleep-dependent memory triage: Evolving generalization through selective processing. Nature Neuroscience, 16(2), 139–145.

• Wagner, U., Gais, S., Haider, H., Verleger, R., & Born, J. (2004). Sleep inspires insight. Nature, 427(6972), 352–355.

• Walker, M. P. (2017). Why We Sleep: Unlocking the Power of Sleep and Dreams. Scribner.

Sumber: Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah