Teori Behaviorisme dalam Pengajaran Bahasa
Teori behaviorisme merupakan salah satu teori utama dalam bidang psikologi dan pendidikan, termasuk dalam pengajaran bahasa. Teori ini menekankan pentingnya lingkungan dan pembiasaan dalam proses belajar. Dalam konteks pengajaran bahasa, behaviorisme menyoroti bagaimana kebiasaan linguistik terbentuk melalui stimulus dan respons. Artikel ini akan membahas konsep utama behaviorisme, tokoh-tokoh penting, penerapan dalam pengajaran bahasa, serta kritik terhadap teori ini.
PENGAJARAN BAHASA
Aco Nasir
2/9/20253 min read
Teori Behaviorisme dalam Pengajaran Bahasa
Pendahuluan
Teori behaviorisme merupakan salah satu teori utama dalam bidang psikologi dan pendidikan, termasuk dalam pengajaran bahasa. Teori ini menekankan pentingnya lingkungan dan pembiasaan dalam proses belajar. Dalam konteks pengajaran bahasa, behaviorisme menyoroti bagaimana kebiasaan linguistik terbentuk melalui stimulus dan respons. Artikel ini akan membahas konsep utama behaviorisme, tokoh-tokoh penting, penerapan dalam pengajaran bahasa, serta kritik terhadap teori ini.
Konsep Utama Teori Behaviorisme
1. Stimulus-Respons
o Teori behaviorisme berpendapat bahwa pembelajaran terjadi ketika respons yang diberikan terhadap suatu stimulus diperkuat oleh konsekuensi yang positif (Skinner, 1957).
o Dalam pembelajaran bahasa, pengulangan dan penguatan digunakan untuk membentuk kebiasaan linguistik.
2. Penguatan Positif dan Negatif
o Penguatan positif diberikan untuk meningkatkan kemungkinan pengulangan suatu perilaku (misalnya, pujian atau hadiah setelah siswa menggunakan struktur bahasa yang benar).
o Penguatan negatif menghilangkan konsekuensi yang tidak diinginkan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan (misalnya, menghapus tugas tambahan jika siswa berbicara dengan benar).
3. Habit Formation (Pembentukan Kebiasaan)
o Menurut behaviorisme, bahasa adalah serangkaian kebiasaan yang dapat dipelajari melalui latihan dan pengulangan (Lado, 1964).
o Jika siswa terus menerus menggunakan suatu pola bahasa, mereka akan secara otomatis menginternalisasikannya.
4. Imitasi dan Pembelajaran Observasional
o Anak-anak belajar bahasa melalui imitasi terhadap orang tua dan lingkungan sekitar mereka (Watson, 1913).
o Dalam kelas bahasa, guru memberikan contoh yang kemudian ditiru oleh siswa.
Tokoh-Tokoh Penting dalam Behaviorisme
1. John B. Watson
o Watson (1913) dianggap sebagai bapak behaviorisme yang menekankan pentingnya observasi terhadap perilaku manusia dalam belajar.
o Ia menolak konsep internalisasi dan berfokus pada respons terhadap stimulus yang dapat diamati.
2. B.F. Skinner
o Skinner (1957) mengembangkan konsep Operant Conditioning yang menunjukkan bagaimana perilaku diperkuat atau dihilangkan melalui konsekuensi tertentu.
o Ia mengembangkan teori Verbal Behavior, yang menyatakan bahwa bahasa diperoleh melalui penguatan dari lingkungan.
3. Leonard Bloomfield
o Bloomfield (1933) berpendapat bahwa bahasa dapat dipelajari dengan cara yang sama seperti keterampilan lainnya, melalui kebiasaan dan pengulangan.
Penerapan Teori Behaviorisme dalam Pengajaran Bahasa
1. Metode Audiolingual
o Metode ini berakar pada prinsip behaviorisme, di mana siswa belajar melalui pengulangan (drills) dan latihan (pattern practice).
o Guru memberikan model yang kemudian diikuti oleh siswa dalam bentuk latihan lisan yang berulang-ulang (Richards & Rodgers, 2001).
2. Latihan dan Pengulangan (Drills and Repetition)
o Siswa diberikan serangkaian latihan lisan yang menekankan pola kalimat tertentu.
o Dengan mengulang pola yang sama, siswa membentuk kebiasaan linguistik yang benar.
3. Penguatan dalam Kelas
o Guru menggunakan pujian, nilai, atau penghargaan sebagai penguatan positif ketika siswa menggunakan bahasa dengan benar.
o Kesalahan dikoreksi dengan segera untuk mencegah pembentukan kebiasaan yang salah.
4. Teknik Mim-Mem (Mimicry and Memorization)
o Teknik ini mengandalkan siswa untuk meniru dan menghafal pola bahasa yang disediakan oleh guru.
o Fokusnya adalah pada pengulangan tanpa perlu pemahaman mendalam terhadap tata bahasa.
5. Pembelajaran Bahasa Melalui Media
o Penggunaan rekaman audio, video, dan aplikasi pembelajaran berbasis behaviorisme untuk membantu siswa berlatih pengucapan dan struktur bahasa.
Kritik terhadap Teori Behaviorisme dalam Pengajaran Bahasa
1. Kurangnya Pemahaman Mendalam
o Teori ini tidak menjelaskan bagaimana pembelajar dapat menghasilkan kalimat baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya (Chomsky, 1959).
o Behaviorisme hanya menekankan pada pengulangan dan kurang memberikan ruang bagi kreativitas dalam penggunaan bahasa.
2. Keterbatasan dalam Pemerolehan Bahasa Kedua
o Dalam konteks pemerolehan bahasa kedua, teori ini tidak mempertimbangkan faktor kognitif dan afektif yang berperan dalam pembelajaran (Krashen, 1982).
o Interaksi sosial yang lebih bermakna diperlukan untuk meningkatkan kompetensi komunikasi.
3. Peran Minat dan Motivasi
o Behaviorisme tidak memperhitungkan peran motivasi intrinsik dalam pembelajaran bahasa.
o Dalam praktiknya, hanya mengandalkan penguatan eksternal sering kali tidak cukup untuk mempertahankan keterlibatan siswa dalam jangka panjang.
Alternatif dan Integrasi dengan Pendekatan Lain
Meskipun memiliki keterbatasan, teori behaviorisme tetap memiliki kontribusi dalam pengajaran bahasa. Pendekatan modern sering mengintegrasikan prinsip behaviorisme dengan teori kognitif dan sosiokultural. Misalnya:
· Pendekatan Komunikatif: Menggabungkan latihan berbasis behaviorisme dengan interaksi nyata untuk meningkatkan kompetensi komunikasi siswa (Savignon, 2002).
· Teknik Pembelajaran Berbasis Tugas: Memberikan konteks yang lebih bermakna dalam pembelajaran dibandingkan dengan metode audiolingual tradisional (Ellis, 2003).
Kesimpulan
Teori behaviorisme telah memberikan kontribusi besar dalam bidang pengajaran bahasa, terutama dalam pengembangan metode audiolingual dan teknik pengulangan. Meskipun terdapat kritik terhadap keterbatasannya, prinsip-prinsip behaviorisme masih relevan dalam pembelajaran bahasa, terutama dalam tahap awal pemerolehan bahasa. Namun, untuk mencapai efektivitas yang lebih tinggi, teori ini sebaiknya diintegrasikan dengan pendekatan lain yang lebih komprehensif, seperti teori kognitif dan sosiokultural.
Referensi
· Bloomfield, L. (1933). Language. Henry Holt.
· Chomsky, N. (1959). Review of Skinner’s Verbal Behavior. Language, 35(1), 26-58.
· Ellis, R. (2003). Task-based language learning and teaching. Oxford University Press.
· Krashen, S. D. (1982). Principles and practice in second language acquisition. Pergamon Press.
· Lado, R. (1964). Language teaching: A scientific approach. McGraw-Hill.
· Richards, J. C., & Rodgers, T. S. (2001). Approaches and methods in language teaching. Cambridge University Press.
· Savignon, S. J. (2002). Communicative competence: Theory and classroom practice. McGraw-Hill.
· Skinner, B. F. (1957). Verbal behavior. Appleton-Century-Crofts.
· Watson, J. B. (1913). Psychology as the behaviorist views it. Psychological Review, 20(2), 158-177.