Pendekatan Natural dalam Pembelajaran Bahasa
Pendekatan Natural (Natural Approach) adalah metode dalam pembelajaran bahasa yang dikembangkan oleh Tracy Terrell pada akhir 1970-an dan kemudian dikembangkan lebih lanjut bersama Stephen Krashen dalam bukunya The Natural Approach: Language Acquisition in the Classroom (1983).
Aco Nasir
2/15/20254 min read
Pendahuluan
Pendekatan Natural (Natural Approach) adalah metode dalam pembelajaran bahasa yang dikembangkan oleh Tracy Terrell pada akhir 1970-an dan kemudian dikembangkan lebih lanjut bersama Stephen Krashen dalam bukunya The Natural Approach: Language Acquisition in the Classroom (1983). Pendekatan ini didasarkan pada teori akuisisi bahasa yang menekankan pemahaman (comprehension) dan penggunaan bahasa dalam konteks yang alami, tanpa tekanan atau paksaan untuk berbicara sebelum siswa merasa siap (Krashen & Terrell, 1983).
Pendekatan ini banyak digunakan dalam pembelajaran bahasa kedua (second language acquisition) dan sangat dipengaruhi oleh teori akuisisi bahasa Krashen, termasuk hipotesis masukan (input hypothesis), hipotesis filter afektif (affective filter hypothesis), dan hipotesis pemerolehan versus pembelajaran (acquisition-learning hypothesis).
Konsep Dasar Pendekatan Natural
1. Akuisisi vs. Pembelajaran
Krashen (1982) membedakan antara pemerolehan bahasa (language acquisition) dan pembelajaran bahasa (language learning). Pemerolehan bahasa terjadi secara alami melalui paparan (exposure) terhadap bahasa dalam lingkungan yang komunikatif, sedangkan pembelajaran bahasa lebih bersifat formal dengan aturan tata bahasa yang diajarkan secara eksplisit. Dalam Pendekatan Natural, lebih ditekankan pada pemerolehan daripada pembelajaran (Krashen, 1982).
2. Hipotesis Masukan (Input Hypothesis)
Pembelajaran bahasa akan terjadi jika siswa menerima masukan (input) bahasa yang sedikit lebih tinggi dari tingkat pemahaman mereka saat ini (i+1). Artinya, materi yang diberikan harus dapat dipahami oleh siswa dengan sedikit usaha tambahan, sehingga mereka dapat menangkap makna melalui konteks (Krashen, 1985).
3. Hipotesis Filter Afektif (Affective Filter Hypothesis)
Faktor afektif seperti motivasi, kepercayaan diri, dan kecemasan memengaruhi keberhasilan dalam belajar bahasa. Jika siswa merasa tegang atau cemas, maka filter afektif mereka akan tinggi dan menghambat pemerolehan bahasa. Oleh karena itu, Pendekatan Natural menekankan pada lingkungan belajar yang santai dan bebas tekanan (Krashen, 1982).
4. Hipotesis Urutan Alami (Natural Order Hypothesis)
Struktur tata bahasa dalam bahasa kedua diperoleh dalam urutan yang relatif tetap dan tidak bisa dipaksakan. Pendekatan Natural tidak memaksakan siswa untuk menguasai aturan tata bahasa sebelum mereka siap (Krashen, 1982).
5. Hipotesis Monitor (Monitor Hypothesis)
Pembelajaran bahasa hanya dapat digunakan untuk "memantau" atau mengoreksi penggunaan bahasa, bukan sebagai sarana utama pemerolehan bahasa. Ini berarti bahwa pengetahuan tata bahasa yang diajarkan secara eksplisit lebih berguna untuk revisi dan penyuntingan daripada untuk berbicara secara spontan (Krashen, 1981).
Prinsip Utama Pendekatan Natural dalam Kelas
1. Pemahaman sebelum Produksi
Siswa diberi kesempatan untuk mendengar dan memahami bahasa sebelum diminta untuk berbicara. Hal ini mirip dengan cara anak-anak belajar bahasa pertama mereka.
2. Interaksi yang Bermakna
Aktivitas dalam kelas dirancang agar siswa dapat memahami bahasa dalam konteks yang relevan. Misalnya, penggunaan gambar, gerakan, dan situasi nyata untuk membantu pemahaman.
3. Tidak Ada Koreksi Berlebihan
Kesalahan dianggap sebagai bagian alami dari proses belajar, sehingga guru tidak terlalu sering mengoreksi siswa secara eksplisit.
4. Penggunaan Bahasa Sejati (Authentic Language Use)
Guru lebih banyak menggunakan bahasa target dalam kelas dengan cara yang komunikatif dan alami, bukan dengan menerjemahkan atau mengajarkan daftar kosakata secara mekanis.
5. Konteks yang Menarik dan Relevan
Siswa lebih termotivasi belajar jika materi yang diberikan relevan dengan kehidupan mereka dan dapat diterapkan dalam komunikasi sehari-hari.
Keunggulan Pendekatan Natural
1. Berkaitan dengan Cara Alami Anak Belajar Bahasa
Pendekatan ini meniru cara anak-anak memperoleh bahasa pertama mereka, yaitu melalui paparan (exposure) tanpa tekanan untuk berbicara sebelum siap (Krashen & Terrell, 1983).
2. Mengurangi Kecemasan dalam Pembelajaran Bahasa
Karena tidak ada tekanan untuk berbicara sejak awal, siswa dapat belajar dalam lingkungan yang nyaman dan tidak merasa takut membuat kesalahan (Krashen, 1982).
3. Memfokuskan pada Pemahaman yang Lebih Dalam
Dengan memberikan masukan yang bisa dipahami, siswa dapat belajar bahasa dalam konteks yang lebih kaya, bukan hanya sekadar menghafal kosakata dan tata bahasa.
Kritik terhadap Pendekatan Natural
1. Kurangnya Fokus pada Tata Bahasa
Beberapa ahli berpendapat bahwa Pendekatan Natural kurang memberikan perhatian pada tata bahasa secara eksplisit, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam pembelajaran bahasa tingkat lanjut (Swain, 1985).
2. Ketergantungan pada Input yang Memadai
Keberhasilan pendekatan ini sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas masukan bahasa yang tersedia, yang mungkin sulit diperoleh dalam lingkungan kelas yang terbatas (Lightbown & Spada, 2006).
3. Tidak Cocok untuk Semua Siswa
Beberapa siswa mungkin lebih nyaman dengan pendekatan yang lebih terstruktur dan eksplisit dalam mempelajari tata bahasa. Oleh karena itu, kombinasi dengan metode lain mungkin diperlukan (Ellis, 1994).
Penerapan Pendekatan Natural dalam Pembelajaran Bahasa di Kelas
1. Menggunakan Media Visual dan Konteks Nyata
Guru dapat menggunakan gambar, video, atau alat bantu lain yang membantu siswa memahami bahasa tanpa perlu menerjemahkan.
2. Menggunakan Aktivitas Berbasis Komunikasi
Siswa dapat diberikan tugas seperti mendengarkan cerita, berdiskusi dalam kelompok, atau bermain peran yang mendorong mereka untuk memahami bahasa secara alami.
3. Membiarkan Siswa Memahami Terlebih Dahulu sebelum Berbicara
Siswa tidak dipaksa untuk berbicara sebelum mereka merasa siap. Sebagai gantinya, mereka diberikan kesempatan untuk mendengarkan dan memahami terlebih dahulu.
4. Memberikan Masukan Bahasa yang Kaya dan Berkelanjutan
Guru harus secara konsisten memberikan masukan bahasa yang bisa dipahami (comprehensible input), misalnya melalui cerita, percakapan, atau lagu dalam bahasa target.
Kesimpulan
Pendekatan Natural dalam pembelajaran bahasa berfokus pada pemerolehan bahasa secara alami melalui pemahaman yang lebih dalam dan bebas tekanan. Pendekatan ini didasarkan pada teori akuisisi bahasa Krashen, yang menekankan pentingnya masukan yang bisa dipahami dan lingkungan belajar yang mendukung.
Meskipun memiliki banyak keunggulan, seperti mengurangi kecemasan siswa dan meningkatkan pemahaman secara alami, Pendekatan Natural juga memiliki kelemahan, seperti kurangnya perhatian pada tata bahasa dan ketergantungan pada input yang cukup. Oleh karena itu, pendekatan ini sering dikombinasikan dengan metode lain dalam pengajaran bahasa.
Sebagai kesimpulan, Pendekatan Natural adalah metode yang efektif dalam pembelajaran bahasa kedua, terutama bagi mereka yang ingin memperoleh keterampilan komunikasi secara lebih alami dan bebas tekanan (Krashen, 1983; Lightbown & Spada, 2006).
Referensi
Ellis, R. (1994). The Study of Second Language Acquisition. Oxford: Oxford University Press.
Krashen, S. D. (1982). Principles and Practice in Second Language Acquisition. Pergamon.
Krashen, S. D., & Terrell, T. D. (1983). The Natural Approach: Language Acquisition in the Classroom. Alemany Press.
Lightbown, P. M., & Spada, N. (2006). How Languages are Learned. Oxford: Oxford University Press.
Swain, M. (1985). Communicative Competence: Some Roles of Comprehensible Input and Comprehensible Output in its Development. In S. Gass & C. Madden (Eds.), Input in Second Language Acquisition (pp. 235–253). Newbury House.