Metode Berpusat pada Pembelajaran dalam Pembelajaran Bahasa Asing

Metode berpusat pada pembelajaran (Learning-Centered Approach) merupakan pendekatan yang menekankan pada peran pembelajaran sebagai proses sentral dalam pengalaman belajar. Dalam pengajaran bahasa, pendekatan ini berfokus pada pengembangan keterampilan bahasa siswa dengan menyediakan pengalaman belajar yang terstruktur namun fleksibel, yang memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran mereka.

Aco Nasir

1/25/20255 min read

photo of white staircase
photo of white staircase

Pendahuluan

Metode berpusat pada pembelajaran (Learning-Centered Approach) merupakan pendekatan yang menekankan pada peran pembelajaran sebagai proses sentral dalam pengalaman belajar. Dalam pengajaran bahasa, pendekatan ini berfokus pada pengembangan keterampilan bahasa siswa dengan menyediakan pengalaman belajar yang terstruktur namun fleksibel, yang memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran mereka. Konsep ini muncul dari kebutuhan untuk memberikan ruang bagi siswa untuk mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka, membangun pemahaman bahasa melalui pengalaman langsung, serta mengembangkan keterampilan bahasa dalam konteks yang lebih luas dan kontekstual. Berbeda dengan pendekatan yang lebih fokus pada pengajaran atau pengajar, metode berpusat pada pembelajaran mengutamakan keberagaman cara belajar siswa serta penerapan strategi yang sesuai dengan gaya belajar mereka.

Dalam konteks ini, metode berpusat pada pembelajaran tidak hanya melibatkan teori-teori tentang bagaimana bahasa seharusnya diajarkan dan dipelajari, tetapi juga mencakup proses-proses yang memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuan mereka dengan cara yang bermakna dan otentik. Prinsip-prinsip teoritis yang mendasari metode ini bersifat interdisipliner, dengan menggabungkan teori-teori tentang bahasa, pembelajaran bahasa, pengajaran bahasa, dan spesifikasi konten yang relevan. Dengan demikian, pendekatan ini berusaha untuk menciptakan pengalaman belajar yang berfokus pada pemahaman yang mendalam tentang bahasa sebagai sistem komunikasi serta pengembangan keterampilan praktis yang dapat digunakan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

7.1. Prinsip Teoritis

Prinsip-prinsip teoritis yang mendasari metode berpusat pada pembelajaran membentuk dasar dari prosedur kelas yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan keterampilan bahasa yang komprehensif. Pendekatan ini mencakup empat komponen utama: teori bahasa, teori pembelajaran bahasa, teori pengajaran bahasa, dan spesifikasi konten.

7.1.1. Teori Bahasa

Teori bahasa dalam konteks pembelajaran bahasa berpusat pada pembelajaran berkaitan dengan pandangan bahasa sebagai alat komunikasi yang hidup dan dinamis. Salah satu teori bahasa yang sangat berpengaruh adalah teori generative grammar dari Chomsky (1965), yang berpendapat bahwa manusia memiliki kapasitas bawaan untuk mempelajari bahasa. Dalam pendekatan ini, bahasa dipandang sebagai suatu sistem yang dapat dipelajari oleh siswa dengan menganalisis struktur-struktur gramatikal, sintaksis, dan semantik. Meskipun begitu, dalam pendekatan berpusat pada pembelajaran, teori ini tidak hanya berfokus pada aspek struktural bahasa, tetapi juga mencakup fungsi sosial dan komunikatif bahasa.

Teori bahasa sosial-interaksional yang dikembangkan oleh Vygotsky (1978) juga memberikan kontribusi besar dalam metode ini. Menurut Vygotsky, pembelajaran bahasa terjadi dalam konteks interaksi sosial, di mana individu belajar bahasa melalui percakapan dan hubungan dengan orang lain. Pembelajaran bahasa tidak hanya mengenai penguasaan struktur, tetapi juga bagaimana bahasa digunakan dalam situasi nyata untuk mencapai tujuan komunikasi.

7.1.2. Teori Pembelajaran Bahasa

Teori pembelajaran bahasa dalam metode berpusat pada pembelajaran menekankan pentingnya pengalaman aktif dalam pembelajaran. Salah satu teori pembelajaran yang relevan adalah teori pembelajaran konstruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget (1976) dan Vygotsky (1978). Dalam teori ini, pembelajaran dianggap sebagai proses aktif di mana siswa mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dan interaksi mereka dengan lingkungan sekitar. Konsep ini diterapkan dalam pembelajaran bahasa dengan mendorong siswa untuk berinteraksi dengan bahasa secara langsung melalui berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis dalam konteks yang autentik dan bermakna.

Salah satu elemen penting dalam teori pembelajaran bahasa yang berpusat pada pembelajaran adalah konsep zone of proximal development (ZPD) yang diperkenalkan oleh Vygotsky. ZPD mengacu pada rentang kemampuan yang dimiliki oleh siswa, yang dapat berkembang dengan bantuan pengajar atau teman sebaya. Pembelajaran bahasa berpusat pada pembelajaran bertujuan untuk memberi siswa kesempatan untuk memanfaatkan ZPD mereka, yaitu dengan memberikan tantangan yang sedikit lebih tinggi dari tingkat kemampuan mereka yang ada, dengan dukungan yang tepat dari pengajar atau sesama siswa (Vygotsky, 1978).

Teori lain yang mendasari pendekatan ini adalah experiential learning theory dari Kolb (1984), yang menekankan siklus pengalaman, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimen dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa, siswa diberikan pengalaman langsung yang memungkinkan mereka untuk berefleksi dan memformulasikan pemahaman mereka tentang bahasa. Melalui pengalaman yang mendalam ini, siswa dapat mengembangkan keterampilan bahasa secara lebih efektif.

7.1.3. Teori Pengajaran Bahasa

Teori pengajaran bahasa dalam pendekatan berpusat pada pembelajaran berfokus pada peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, pengajaran bahasa tidak hanya melibatkan penyampaian materi oleh pengajar, tetapi juga mencakup perancangan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa untuk menjadi bagian dari proses belajar. Salah satu pendekatan pengajaran yang sangat terkait dengan teori ini adalah Task-Based Language Teaching (TBLT), yang menekankan penggunaan tugas-tugas nyata untuk pembelajaran bahasa (Ellis, 2003). Dalam TBLT, siswa diberi tugas yang memerlukan penggunaan bahasa dalam konteks otentik, yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan bahasa mereka melalui pengalaman langsung.

Pendekatan pengajaran lain yang berhubungan dengan prinsip berpusat pada pembelajaran adalah Communicative Language Teaching (CLT), yang menekankan pentingnya pengembangan keterampilan komunikasi dalam pembelajaran bahasa (Canale & Swain, 1980). CLT bertujuan untuk membuat siswa mampu berkomunikasi secara efektif dalam bahasa target, baik dalam situasi formal maupun informal. Dalam konteks ini, pengajaran bahasa lebih mengutamakan aspek fungsi sosial bahasa daripada sekedar aspek struktural.

7.1.4. Spesifikasi Konten

Spesifikasi konten dalam pendekatan berpusat pada pembelajaran mengacu pada materi pembelajaran yang disesuaikan dengan minat, pengalaman, dan tujuan siswa. Konten ini melibatkan penggunaan bahan ajar yang relevan dan autentik, seperti teks bacaan, percakapan, video, dan bahan multimedia lain yang mencerminkan konteks kehidupan nyata. Dengan memilih konten yang sesuai dengan kehidupan dan pengalaman siswa, proses pembelajaran bahasa menjadi lebih bermakna dan dapat diterapkan dalam situasi sehari-hari.

Selain itu, spesifikasi konten juga harus mempertimbangkan tingkat kemampuan bahasa siswa dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam berbagai konteks, baik sosial, profesional, maupun akademik. Dalam hal ini, pembelajaran berpusat pada siswa bertujuan untuk memberikan konten yang mendalam dan variatif yang dapat memperkaya pengalaman belajar bahasa siswa.

7.2. Prosedur Kelas

Prosedur kelas dalam metode berpusat pada pembelajaran didesain untuk memfasilitasi pengalaman belajar yang aktif dan interaktif, dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengambil kendali atas pembelajaran mereka sendiri.

7.2.1. Modifikasi Input

Modifikasi input adalah teknik di mana pengajaran bahasa disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Krashen (1985) dalam Input Hypothesis berargumen bahwa siswa memerlukan input yang sedikit lebih sulit dari tingkat kemampuan mereka yang ada agar dapat berkembang dalam bahasa. Modifikasi input ini bisa berupa penyederhanaan bahasa, penggunaan kata-kata yang lebih mudah dipahami, atau pengulangan kata-kata kunci dalam konteks yang berbeda. Dengan cara ini, siswa dapat memahami materi yang lebih kompleks tanpa merasa kewalahan, sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan bahasa secara bertahap.

Selain itu, modifikasi input dalam konteks berpusat pada pembelajaran juga melibatkan penyajian materi yang menarik dan relevan bagi siswa, untuk meningkatkan motivasi mereka dalam belajar bahasa. Pembelajaran yang relevan dapat meningkatkan tingkat keterlibatan dan keberhasilan siswa.

7.2.2. Aktivitas Interaksional

Aktivitas interaksional berperan penting dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan bahasa dalam situasi komunikasi nyata. Aktivitas ini melibatkan kegiatan-kegiatan yang memfasilitasi percakapan, diskusi, debat, dan kerja kelompok. Melalui interaksi ini, siswa tidak hanya memperdalam pemahaman mereka tentang struktur bahasa, tetapi juga belajar bagaimana berkomunikasi secara efektif dalam berbagai situasi sosial.

Aktivitas interaksional ini sangat penting dalam metode berpusat pada pembelajaran karena mendorong siswa untuk belajar bahasa dalam konteks yang bermakna dan relevan, memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan sosial dan pragmatik dalam berbahasa. Selain itu, kegiatan ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama, berbagi pengetahuan, dan belajar dari pengalaman satu sama lain.

7.3. Penilaian Kritis

Penilaian dalam metode berpusat pada pembelajaran bersifat formatif dan holistik. Penilaian ini tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses pembelajaran siswa. Penilaian ini mencakup observasi terhadap keterampilan komunikasi, partisipasi dalam aktivitas kelas, dan pengembangan diri sepanjang proses belajar (Bachman, 1990). Portofolio, umpan balik dari rekan sejawat, serta refleksi diri adalah beberapa metode penilaian yang dapat digunakan dalam pendekatan ini.

Penilaian kritis memungkinkan siswa untuk mengevaluasi dan memperbaiki keterampilan bahasa mereka secara berkelanjutan, sementara pengajar dapat menyesuaikan materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa.

7.4. Kesimpulan

Metode berpusat pada pembelajaran memberikan pendekatan yang efektif dalam pengajaran bahasa karena menekankan pada pengalaman belajar yang aktif dan bermakna. Dengan mengintegrasikan teori bahasa, pembelajaran, dan pengajaran bahasa yang relevan, serta spesifikasi konten yang sesuai dengan minat dan tujuan siswa, pendekatan ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan bahasa mereka dalam konteks yang lebih luas. Melalui modifikasi input dan aktivitas interaksional, siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam penggunaan bahasa, sementara penilaian kritis memastikan bahwa proses pembelajaran berlangsung secara berkelanjutan dan reflektif.

Daftar Pustaka

Bachman, L. F. (1990). Fundamental considerations in language testing. Oxford University Press.
Canale, M., & Swain, M. (1980). Theoretical bases of communicative approaches to second language teaching and testing. Applied Linguistics, 1(1), 1-47.
Chomsky, N. (1965). Aspects of the theory of syntax. MIT Press.
Ellis, R. (2003). Task-based language learning and teaching. Oxford University Press.
Krashen, S. D. (1985). The input hypothesis: Issues and implications. Longman.
Kolb, D. A. (1984). Experiential learning: Experience as the source of learning and development. Prentice Hall.
Piaget, J. (1976). Piaget's theory. In P. Mussen (Ed.), Carmichael's Manual of Child Psychology (pp. 703-732). Wiley.
Vygotsky, L. S. (1978). Mind in society: The development of higher psychological processes. Harvard University Press.