Makan Sehat dan Bergizi

Kebiasaan makan sehat dan bergizi berkaitan dengan prinsip dan nilai tentang pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh untuk mendukung kehidupan yang sehat, seimbang, dan bermakna. Kebiasaan ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan fisik sebagai investasi jangka panjang, memaksimalkan potensi tubuh dan pikiran, menjaga tubuh tetap sehat sebagai tanggung jawab individu, serta meningkatkan kemandirian.

Aco Nasir

1/21/202511 min read

Menjaga Kesehatan Fisik sebagai Investasi Jangka Panjang

Mengonsumsi makanan bergizi adalah cara untuk mencegah berbagai penyakit dan meningkatkan kesehatan. Gizi yang seimbang sebagai investasi bagi

kehidupan yang lebih sehat dan berkualitas. Dengan memenuhi kebutuhan gizi secara konsisten, kita berinvestasi pada masa depan yang bebas dari penyakit dan ketergantungan pada obat-obatan jangka panjang.

Menjaga kesehatan fisik adalah investasi penting yang memberikan manfaat jangka panjang bagi kualitas hidup seseorang. Salah satu cara utama untuk melakukannya adalah dengan mengonsumsi makanan bergizi yang seimbang. Pola makan yang kaya akan nutrisi tidak hanya memberikan energi untuk aktivitas sehari-hari tetapi juga mencegah berbagai penyakit, memperlambat proses penuaan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Dengan memenuhi kebutuhan gizi secara konsisten, seseorang berinvestasi pada masa depan yang lebih sehat, produktif, dan bebas dari ketergantungan terhadap obat-obatan jangka panjang.

1. Peran Gizi dalam Kesehatan Fisik

Gizi yang seimbang berfungsi sebagai bahan bakar utama tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi vital. Nutrisi yang terkandung dalam makanan, seperti karbohidrat, protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral, memberikan energi sekaligus memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan, mulai dari anemia hingga penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi (World Health Organization [WHO], 2021). Sebaliknya, pola makan yang seimbang dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh, membantu proses detoksifikasi, dan mengoptimalkan metabolisme.

Sebagai contoh, konsumsi makanan tinggi serat seperti buah, sayuran, dan biji-bijian dapat membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan obesitas. Serat juga mendukung kesehatan pencernaan dengan mencegah sembelit dan menjaga keseimbangan mikrobiota usus (Slavin, 2013).

2. Pencegahan Penyakit melalui Pola Makan Sehat

Mengonsumsi makanan bergizi secara teratur merupakan langkah preventif untuk menghindari berbagai penyakit. Misalnya, makanan yang kaya akan antioksidan, seperti buah beri, kacang-kacangan, dan teh hijau, dapat melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, yang merupakan penyebab utama penuaan dini dan penyakit kronis (Halliwell, 2007). Selain itu, asupan kalsium dan vitamin D yang cukup dari makanan seperti susu, yogurt, atau ikan berlemak dapat membantu mencegah osteoporosis di usia lanjut.

WHO (2021) juga mencatat bahwa pola makan sehat yang rendah gula, garam, dan lemak trans dapat mengurangi risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi. Dengan demikian, menjaga pola makan bergizi adalah langkah strategis untuk mengurangi beban penyakit yang berpotensi menurunkan kualitas hidup di masa depan.

3. Kesehatan Fisik dan Produktivitas

Kesehatan fisik yang terjaga berkontribusi langsung pada tingkat produktivitas individu. Tubuh yang sehat memungkinkan seseorang untuk bekerja dengan lebih efisien, fokus, dan tahan terhadap tekanan. Sebaliknya, pola makan yang buruk dapat menyebabkan kelelahan, gangguan konsentrasi, dan penurunan performa kerja. Penelitian oleh Bloom et al. (2011) menunjukkan bahwa investasi dalam kesehatan melalui nutrisi yang baik dapat meningkatkan produktivitas kerja hingga 20%.

4. Pengurangan Ketergantungan pada Obat-Obatan

Pola makan bergizi juga membantu mengurangi ketergantungan pada obat-obatan, terutama di usia tua. Penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi sering kali memerlukan pengobatan jangka panjang yang dapat membebani biaya kesehatan. Dengan memenuhi kebutuhan gizi sejak dini, risiko terkena penyakit tersebut dapat diminimalkan, sehingga mengurangi kebutuhan akan obat-obatan (Mozaffarian et al., 2016).

5. Investasi Jangka Panjang dalam Kehidupan yang Berkualitas

Menjaga kesehatan fisik melalui konsumsi makanan bergizi dapat dianggap sebagai investasi jangka panjang. Investasi ini tidak hanya mengurangi pengeluaran untuk pengobatan tetapi juga meningkatkan kualitas hidup di usia lanjut. Selain itu, gaya hidup sehat dapat memberikan dampak positif pada keluarga dan lingkungan sekitar, karena individu yang sehat cenderung lebih aktif berkontribusi dalam kegiatan sosial dan memiliki hubungan interpersonal yang lebih baik.

Sebagai contoh, lansia yang menjaga pola makan sehat sejak muda cenderung memiliki risiko lebih rendah terhadap demensia dan gangguan kognitif. Mereka juga lebih mampu menjalani kehidupan mandiri tanpa bergantung pada perawatan intensif dari orang lain (Benedict et al., 2020).

Mengonsumsi makanan bergizi adalah investasi yang memberikan manfaat besar bagi kesehatan fisik dan kualitas hidup secara keseluruhan. Dengan pola makan seimbang, seseorang dapat mencegah berbagai penyakit, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi ketergantungan pada obat-obatan jangka panjang. Oleh karena itu, penting untuk menjadikan nutrisi yang baik sebagai bagian integral dari gaya hidup, tidak hanya untuk kesehatan saat ini tetapi juga untuk masa depan yang lebih baik.

Memaksimalkan Potensi Tubuh dan Pikiran

Gizi yang baik memberi energi dan kekuatan yang dibutuhkan tubuh untuk mencapai potensi maksimal. Nutrisi yang cukup membuat tubuh lebih kuat, meningkatkan konsentrasi, dan mendukung produktivitas dalam berbagai aspek kehidupan.

Gizi yang baik adalah fondasi utama untuk memaksimalkan potensi tubuh dan pikiran. Nutrisi yang tepat memberi energi dan kekuatan yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi secara optimal, sekaligus mendukung kesehatan mental. Dengan asupan makanan yang seimbang, seseorang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, konsentrasi, dan produktivitas dalam berbagai aspek kehidupan.

Pentingnya Gizi dalam Mendukung Kesehatan Tubuh

Tubuh memerlukan berbagai nutrisi untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Karbohidrat, protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral semuanya memiliki peran unik dalam menjaga kesehatan. Misalnya, karbohidrat kompleks seperti biji-bijian utuh memberikan energi berkelanjutan, sedangkan protein diperlukan untuk perbaikan jaringan tubuh dan pembentukan otot. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pola makan yang sehat dapat menurunkan risiko penyakit kronis seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung (CDC, 2021).

Selain itu, asupan vitamin dan mineral tertentu sangat penting untuk menjaga fungsi tubuh. Contohnya, zat besi membantu dalam produksi hemoglobin yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, sementara vitamin D dan kalsium mendukung kesehatan tulang. Kekurangan nutrisi ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti anemia atau osteoporosis.

Gizi dan Pengaruhnya pada Kesehatan Mental

Tidak hanya tubuh, pikiran juga sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi. Sebuah penelitian oleh Owen dan Corfe (2017) menunjukkan bahwa pola makan yang kaya akan buah-buahan, sayuran, ikan, dan kacang-kacangan berhubungan dengan penurunan risiko gangguan depresi. Asam lemak omega-3 yang ditemukan dalam ikan berminyak, misalnya, telah terbukti mendukung kesehatan otak dan mengurangi peradangan yang dapat memengaruhi suasana hati.

Selain itu, nutrisi yang cukup juga membantu meningkatkan fungsi kognitif, termasuk memori, fokus, dan pengambilan keputusan. Kekurangan mikronutrien seperti vitamin B12 atau folat dapat berdampak negatif pada fungsi otak, menyebabkan kelelahan mental dan kesulitan berkonsentrasi.

Meningkatkan Produktivitas melalui Pola Makan Sehat

Pola makan yang seimbang juga berperan penting dalam meningkatkan produktivitas. Energi yang stabil dari makanan bergizi membantu seseorang tetap fokus dan efisien sepanjang hari. Sebaliknya, konsumsi makanan cepat saji yang tinggi gula dan lemak jenuh dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang diikuti oleh kelelahan, memengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja dengan baik.

Selain itu, hidrasi yang cukup adalah aspek penting lainnya. Dehidrasi bahkan dalam tingkat ringan dapat menyebabkan penurunan konsentrasi dan peningkatan kelelahan. Menurut European Hydration Institute (2016), minum air yang cukup dapat meningkatkan kewaspadaan dan kinerja mental.

Strategi untuk Memaksimalkan Potensi Tubuh dan Pikiran

Untuk mencapai potensi maksimal, penting untuk mengadopsi kebiasaan makan yang sehat. Beberapa strategi yang dapat diterapkan meliputi:

1. Mengonsumsi Makanan Seimbang: Pastikan piring makan mencakup berbagai kelompok makanan, seperti biji-bijian utuh, protein tanpa lemak, sayuran, dan lemak sehat.

2. Menghindari Makanan Olahan: Kurangi konsumsi makanan yang tinggi gula, garam, dan bahan tambahan kimia.

3. Menjaga Pola Makan Teratur: Makan secara teratur dapat membantu menjaga kadar gula darah stabil, sehingga energi tetap konsisten sepanjang hari.

4. Memperhatikan Kebutuhan Individu: Sesuaikan pola makan dengan kebutuhan spesifik, seperti alergi makanan atau kebutuhan olahraga.

Gizi yang baik adalah kunci untuk memaksimalkan potensi tubuh dan pikiran. Dengan asupan nutrisi yang tepat, seseorang dapat meningkatkan kesehatan fisik, mendukung kesehatan mental, dan meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, penting untuk menjadikan pola makan sehat sebagai bagian integral dari gaya hidup.

Menjaga Tubuh Tetap Sehat sebagai Tanggung Jawab Individu

Kebiasaan makan sehat dan bergizi mengajarkan anak agar memahami bahwa menjaga tubuh tetap sehat adalah menjadi tanggung jawab pribadi, bukan hanya tanggung jawab orang tua. Anak diajarkan untuk mengambil makanan sesuai porsi dan kebutuhan agar terhindar dari pemborosan, sehingga anak belajar bertanggung jawab terhadap sumber daya. Anak diberi tanggung jawab untuk menghindari makanan yang terlalu manis, berminyak, atau tidak sehat. Kebiasaan ini pun melatih anak tanggung jawab sosial, seperti memberikan informasi tentang pentingnya makanan sehat dan bergizi pada teman dan keluarga. Kebiasaan makan sehat pada masa kanak-kanak menciptakan fondasi tanggung jawab terhadap kesehatan yang dibawa hingga dewasa.

Menjaga Tubuh Tetap Sehat sebagai Tanggung Jawab Individu

Menjaga tubuh tetap sehat adalah tanggung jawab individu yang harus ditanamkan sejak usia dini. Kebiasaan makan sehat dan bergizi merupakan salah satu langkah awal yang dapat membantu anak memahami pentingnya kesehatan sebagai bagian dari tanggung jawab pribadi. Dengan menginternalisasi nilai ini, anak-anak tidak hanya belajar menjaga tubuh mereka tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya pengelolaan sumber daya, tanggung jawab sosial, dan kontribusi terhadap kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

1. Pentingnya Pendidikan Gizi Sejak Dini

Pendidikan gizi di masa kanak-kanak memainkan peran penting dalam membentuk pola pikir yang sehat. Anak-anak yang diajarkan untuk memilih makanan bergizi sejak dini akan lebih mungkin mengembangkan kebiasaan makan yang baik hingga dewasa (Scaglioni et al., 2018). Misalnya, mengajarkan anak untuk mengambil makanan sesuai dengan porsi dan kebutuhan mereka tidak hanya mencegah pemborosan tetapi juga mengajarkan pengelolaan sumber daya dengan bijaksana. Dengan demikian, anak memahami bahwa makanan tidak boleh disia-siakan karena memiliki nilai ekonomi dan lingkungan yang penting.

2. Membangun Kesadaran Tanggung Jawab Pribadi

Ketika anak-anak diajarkan untuk menghindari makanan yang terlalu manis, berminyak, atau tidak sehat, mereka mulai memahami bahwa menjaga kesehatan tubuh adalah tanggung jawab individu. Mereka belajar mengenali dampak buruk dari kebiasaan makan yang tidak sehat, seperti risiko obesitas atau diabetes. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan gizi yang melibatkan praktik langsung, seperti memilih makanan sehat di rumah atau sekolah, dapat meningkatkan kemampuan anak untuk membuat keputusan yang bijaksana terkait makanan (Ronto et al., 2016).

3. Melatih Tanggung Jawab Sosial

Selain tanggung jawab pribadi, kebiasaan makan sehat juga dapat melatih anak untuk bertanggung jawab secara sosial. Anak yang memiliki pengetahuan tentang pentingnya makanan bergizi dapat berbagi informasi ini dengan teman dan keluarga mereka, sehingga membantu menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan hidup sehat. Anak-anak yang terbiasa berdiskusi tentang pentingnya gizi cenderung menjadi agen perubahan yang dapat memengaruhi orang lain untuk mengadopsi gaya hidup sehat (Neumark-Sztainer et al., 2010).

4. Dampak Jangka Panjang Kebiasaan Sehat

Kebiasaan makan sehat yang diterapkan sejak dini membangun fondasi tanggung jawab terhadap kesehatan yang dibawa hingga dewasa. Anak-anak yang memahami pentingnya menjaga tubuh tetap sehat cenderung memiliki risiko lebih rendah terhadap berbagai penyakit kronis di kemudian hari. Selain itu, mereka lebih cenderung menjadi individu yang sadar akan pentingnya kesehatan masyarakat dan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang sehat.

Sebagai contoh, individu yang terbiasa dengan pola makan sehat sejak kecil cenderung memiliki pola makan yang lebih teratur, memilih makanan yang bergizi, dan menghindari makanan cepat saji. Ini tidak hanya menguntungkan kesehatan pribadi tetapi juga mendukung keberlanjutan sumber daya pangan global (World Health Organization [WHO], 2020).

5. Peran Orang Tua dan Lingkungan

Meskipun menjaga tubuh tetap sehat adalah tanggung jawab individu, peran orang tua dan lingkungan sangat penting dalam membantu anak membangun kebiasaan yang baik. Orang tua dapat memberikan contoh positif dengan memilih makanan sehat untuk keluarga, sementara sekolah dapat mengintegrasikan pendidikan gizi ke dalam kurikulum mereka. Dukungan dari lingkungan sekitar membantu anak merasa didukung dan termotivasi untuk menjaga kebiasaan sehat (Birch & Anzman, 2010).

Menjaga tubuh tetap sehat adalah tanggung jawab individu yang perlu ditanamkan sejak usia dini. Kebiasaan makan sehat tidak hanya melatih anak untuk menjaga kesehatan pribadi tetapi juga mengajarkan tanggung jawab sosial dan pengelolaan sumber daya. Dengan membangun kebiasaan sehat sejak kecil, anak-anak memiliki peluang lebih besar untuk hidup sehat dan produktif di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan individu dan kolektif.

Meningkatkan Kemandirian

Kebiasaan ini mengajarkan anak untuk mandiri, memilih sendiri dan mengonsumsi makanan sehat yang memengaruhi energi, kesehatan, dan kesejahteraan tubuhnya. Dengan mengatur waktu makan dan memilih jenis makanan bergizi, anak belajar mengelola kebutuhan dasar tanpa selalu bergantung pada orang lain. Anak yang terbiasa makan sehat cenderung dapat mempersiapkan camilan yang sehat juga. Melibatkan anak dalam memilih bahan makanan sehat, mengolahnya, dan membuat kombinasi makanan seimbang mengajarkan keterampilan praktis untuk mendukung kemandiriannya di masa depan.

Meningkatkan Kemandirian melalui Kebiasaan Makan Sehat

Kemandirian adalah salah satu keterampilan hidup yang sangat penting untuk ditanamkan sejak usia dini. Salah satu cara efektif untuk melatih kemandirian anak adalah melalui kebiasaan makan sehat. Kebiasaan ini membantu anak belajar mengenali kebutuhan tubuhnya, membuat keputusan yang baik tentang makanan, dan mengelola kebutuhan dasar secara mandiri. Dengan melibatkan anak dalam proses memilih, mengolah, dan mengonsumsi makanan sehat, mereka tidak hanya meningkatkan kemampuan mandiri tetapi juga membangun dasar yang kuat untuk kesejahteraan di masa depan.

1. Memahami Dampak Makanan terhadap Tubuh

Kemandirian dimulai dengan pemahaman dasar tentang bagaimana makanan memengaruhi tubuh. Anak-anak perlu diajarkan bahwa makanan yang mereka konsumsi memberikan energi untuk bermain, belajar, dan tumbuh. Dengan memahami hubungan antara makanan bergizi dan kesehatan tubuh, anak-anak dapat lebih bijak dalam memilih makanan yang mendukung kesejahteraan mereka.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki pengetahuan tentang gizi lebih mungkin untuk membuat pilihan makanan yang sehat dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memiliki pemahaman tersebut (Scaglioni et al., 2018). Pemahaman ini membantu anak mengambil tanggung jawab untuk tubuh mereka sendiri, sebuah langkah penting dalam membangun kemandirian.

2. Belajar Mengelola Kebutuhan Dasar

Melalui kebiasaan makan sehat, anak-anak belajar mengelola kebutuhan dasar mereka, seperti menentukan jadwal makan dan memilih jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka. Kebiasaan ini mengajarkan anak untuk tidak selalu bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Sebagai contoh, anak yang diajarkan cara mempersiapkan camilan sehat akan lebih percaya diri untuk menyediakan makanan sendiri saat mereka lapar.

Selain itu, mengatur waktu makan secara teratur mengajarkan disiplin dan kemampuan manajemen waktu. Dengan kebiasaan ini, anak-anak dapat memprioritaskan kesehatan mereka sambil tetap mengelola aktivitas lainnya, seperti belajar dan bermain.

3. Melibatkan Anak dalam Proses Memasak

Melibatkan anak dalam proses memilih bahan makanan sehat, mengolahnya, dan membuat kombinasi makanan seimbang adalah cara efektif untuk mengembangkan kemandirian. Aktivitas ini tidak hanya memberikan keterampilan praktis tetapi juga meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap makanan yang mereka konsumsi. Misalnya, anak-anak yang dilibatkan dalam memasak cenderung lebih antusias untuk mencoba makanan sehat yang mereka bantu persiapkan (Birch & Anzman, 2010).

Proses ini juga mengajarkan keterampilan hidup yang penting, seperti cara membaca label makanan, memilih bahan segar di pasar, dan mengolah makanan dengan cara yang sehat. Keterampilan ini akan berguna bagi anak-anak ketika mereka dewasa dan harus mengelola pola makan mereka sendiri tanpa pengawasan orang tua.

4. Membangun Rasa Percaya Diri

Ketika anak-anak diberi kesempatan untuk membuat keputusan sendiri tentang makanan, mereka merasa dihargai dan percaya diri dengan kemampuan mereka. Kepercayaan diri ini penting dalam mendukung perkembangan kemandirian mereka. Anak-anak yang merasa mampu membuat pilihan makanan sehat juga cenderung lebih bertanggung jawab terhadap keputusan lain dalam hidup mereka.

Penelitian menunjukkan bahwa rasa percaya diri yang dibangun melalui kegiatan sehari-hari, seperti memilih makanan, memiliki dampak positif pada pengambilan keputusan di masa depan (Neumark-Sztainer et al., 2010).

5. Persiapan untuk Masa Depan

Kebiasaan makan sehat yang diterapkan sejak kecil memberikan dampak jangka panjang bagi kemandirian anak. Dengan keterampilan memasak dan pengelolaan makanan yang baik, anak-anak dapat menjaga kesehatan mereka sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Hal ini sangat penting ketika mereka dewasa dan harus hidup mandiri, seperti saat mereka pindah ke kota lain untuk bekerja atau melanjutkan pendidikan.

Selain itu, anak-anak yang terbiasa dengan kebiasaan makan sehat juga lebih mungkin untuk membangun keluarga yang sehat di masa depan. Mereka dapat meneruskan kebiasaan ini kepada anak-anak mereka sendiri, menciptakan siklus kebiasaan positif yang berkelanjutan.

Kebiasaan makan sehat bukan hanya tentang menjaga tubuh tetap sehat, tetapi juga tentang membangun kemandirian. Dengan mengajarkan anak untuk memilih dan mengolah makanan sehat, orang tua membantu mereka memahami kebutuhan tubuh mereka, mengelola kebutuhan dasar, dan mengembangkan keterampilan hidup yang penting. Kemandirian yang dibangun melalui kebiasaan makan sehat tidak hanya memberikan manfaat di masa sekarang tetapi juga menciptakan fondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih mandiri dan sejahtera.

Daftar Referensi

• Benedict, C., Vogel, H., Jonas, W., Woting, A., Blaut, M., Schürmann, A., & Cedernaes, J. (2020). Gut microbiota and cognitive function: A prospective study. Frontiers in Aging Neuroscience, 12, 13. https://doi.org/10.3389/fnagi.2020.00013

• Bloom, D. E., Canning, D., & Sevilla, J. (2011). The health and wealth of nations: A review of the pathways and evidence. MIT Press.

• Halliwell, B. (2007). Oxidative stress and cancer: Have we moved forward? Biochemical Journal, 401(1), 1–11. https://doi.org/10.1042/BJ20061131

• Mozaffarian, D., Rosenberg, I., & Uauy, R. (2016). History of modern nutrition science—Implications for current research, dietary guidelines, and food policy. BMJ, 361, k2392. https://doi.org/10.1136/bmj.k2392

• Slavin, J. L. (2013). Dietary fiber and body weight. Nutrition, 29(2), 230–235. https://doi.org/10.1016/j.nut.2012.02.017

• World Health Organization. (2021). Healthy diet. Retrieved from https://www.who.int

• Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2021). Nutrition. Retrieved from https://www.cdc.gov

• European Hydration Institute. (2016). Hydration and health. Retrieved from https://www.europeanhydrationinstitute.org

• Owen, L., & Corfe, B. (2017). The role of diet and nutrition on mental health and wellbeing. Proceedings of the Nutrition Society, 76(4), 425-426. https://doi.org/10.1017/S0029665117001057

• Birch, L. L., & Anzman, S. L. (2010). Learning to eat in an obesogenic environment: A developmental systems perspective on childhood obesity. Child Development Perspectives, 4(2), 138–143. https://doi.org/10.1111/j.1750-8606.2010.00132.x

• Neumark-Sztainer, D., Story, M., Perry, C., & Casey, M. A. (2010). Factors influencing food choices of adolescents: Findings from focus-group discussions with adolescents. Journal of the American Dietetic Association, 102(3), 115–123. https://doi.org/10.1016/S0002-8223(02)90027-1

• Ronto, R., Ball, L., Pendergast, D., & Harris, N. (2016). Adolescents’ perspectives on food literacy and its impact on their dietary behaviors. Appetite, 107, 549–557. https://doi.org/10.1016/j.appet.2016.09.006

• Scaglioni, S., De Cosmi, V., Ciappolino, V., Parazzini, F., Brambilla, P., & Agostoni, C. (2018). Factors influencing children’s eating behaviours. Nutrients, 10(6), 706. https://doi.org/10.3390/nu10060706

• World Health Organization. (2020). Healthy diet. Retrieved from https://www.who.int

• Birch, L. L., & Anzman, S. L. (2010). Learning to eat in an obesogenic environment: A developmental systems perspective on childhood obesity. Child Development Perspectives, 4(2), 138–143. https://doi.org/10.1111/j.1750-8606.2010.00132.x

• Neumark-Sztainer, D., Story, M., Perry, C., & Casey, M. A. (2010). Factors influencing food choices of adolescents: Findings from focus-group discussions with adolescents. Journal of the American Dietetic Association, 102(3), 115–123. https://doi.org/10.1016/S0002-8223(02)90027-1

Scaglioni, S., De Cosmi, V., Ciappolino, V., Parazzini, F., Brambilla, P., & Agostoni, C. (2018). Factors influencing children’s eating behaviours. Nutrients, 10(6), 706. https://doi.org/10.3390/nu10060706

Sumber Gambar : Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah